NGUMBARA 2025: IMM Sebagai Wadah Strategis Pembentukan Karakter Mahasiswa

Penulis : Fathi Raflian

7/2/20252 min read

Umbara, 30 September 2025. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kembali menghadirkan forum inspiratif dalam rangkaian kegiatan Ngumbara 2025. Pada sesi keempat yang berlangsung pukul 16.00–17.00 WIB, para peserta diajak mendalami tema “Menjadi Intelektual Progresif Bersama IMM”.

Acara ini menghadirkan tokoh penting, yakni Ketua Umum DPP IMM, Riyan Betra Delza, M.Psi., sebagai narasumber utama, serta Ketua Umum PK IMM FKIP Umbara, Fathi Raflian, yang memantik jalannya forum dengan gagasan penuh energi.

Dalam pengantarnya, Fathi Raflian menegaskan bahwa IMM adalah ruang strategis bagi mahasiswa untuk tumbuh menjadi pribadi yang utuh. “Ini adalah momentum awal yang akan membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana kemudian seorang mahasiswa hidup, bergerak, dan berkontribusi. Berbicara intelektual progresif adalah mereka yang menjadikan ilmu sebagai jalan perubahan, berakar pada nilai Islam, dan bergerak untuk kemajuan umat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Fathi mengingatkan bahwa menjadi intelektual progresif bukan hanya soal capaian akademik, melainkan juga kemampuan membaca zaman, memahami tantangan, dan menghadirkan solusi nyata. “Mahasiswa dituntut untuk tidak sekadar cerdas dalam ruang kelas, tetapi juga peka terhadap dinamika sosial. Pertanyaan pentingnya adalah, bagaimana IMM mampu mencetak mahasiswa yang berintelektual progresif ditengah tantangan yang kompleks ini?” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Riyan Betra Delza, M.Psi. memaparkan pandangannya tentang komitmen IMM dalam membentuk kader. Ia menekankan bahwa IMM sejak awal berdiri bukan hanya organisasi intelektual, tetapi juga gerakan moral yang mengakar pada nilai-nilai Islam dan kebangsaan.

“IMM ingin melahirkan kader yang tidak hanya anggun dalam moral, tetapi juga unggul dalam intelektual. Kita ingin mahasiswa tidak terjebak dalam rutinitas akademik semata, melainkan mampu menjadikan ilmunya sebagai suluh peradaban. Seorang intelektual progresif harus berani berpikir kritis, membela kebenaran, dan menggerakkan perubahan di tengah masyarakat,” tutur Riyan penuh semangat.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa menjadi intelektual progresif berarti belajar dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengejar nilai tetapi benar-benar memahami ilmu dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Seorang intelektual progresif juga dituntut untuk berpikir kritis, berani bertanya, menganalisis masalah, dan mencari solusi, bukan sekadar mengikuti arus. Selain itu, mahasiswa harus berakhlak baik dan berjiwa sosial, karena ilmu tidak ada artinya jika tidak membawa manfaat bagi orang lain. Di sisi lain, mereka juga harus mampu beradaptasi dengan zaman, menghadapi era digital dan globalisasi dengan tetap berpegang pada nilai Islam. Semua proses itu akan menemukan wadah terbaiknya melalui IMM, yang menjadi ruang untuk melatih kepemimpinan dan berkontribusi nyata bagi umat dan bangsa.

“IMM adalah rumah untuk belajar menjadi pribadi yang seimbang. Di sini kalian akan ditempa untuk berpikir kritis, berjiwa sosial, sekaligus berpegang teguh pada nilai Islam. Dengan proses itulah kita dapat tumbuh menjadi intelektual progresif yang siap membawa perubahan,” pungkasnya.

Sesi ini ditutup dengan refleksi bahwa menjadi bagian dari IMM berarti siap menapaki jalan panjang perjuangan: belajar tanpa lelah, mengabdi tanpa pamrih, dan bergerak membawa perubahan. Forum yang dihadiri ratusan mahasiswa baru ini pun menjadi titik awal lahirnya semangat baru untuk membangun generasi intelektual progresif yang berkarakter dan berdaya saing.